Mungkin sudah banyak yang tahu, bahwa tahun 2011 kemarin dan bahkan hingga saat tulisan ini diposting pun, dunia musik Indonesia sedang dilanda apa yang dikenal sebagai boyband dan girlband. Sebelumnya, rasanya kita semua setuju kalau “musik melayu” menjadi sebuah fenomena yang cukup mengherankan dan bahkan akhirnya juga menjadi sebuah tren.
Pada akhirnya, perlahan namun pasti, “musik melayu” (ala ST 12, Wali, Kangen Band, Hijau Daun, D’Bagindas, Armada, dan sebangsanya) mulai tergerus oleh kehadiran boyband dan girlband yang mulai menjamur sejak pertengahan 2011 lalu. Itu ditandai dengan kemunculan grup Smash dan 7 Icons sebagai pelopor era kebangkitan Boyband dan Girlband di Indonesia. Tidak ada yang patut diperdebatkan dalam hal ini. Inilah sebuah siklus. Sebuah siklus biasanya identik dengan sebuah roda yang terus berputar. Akan ada masa-masa di mana sebuah genre musik akan muncul kembali ke permukaan dan digemari lagi.
Saya masih ingat betul, dulu sempat ada masa di mana musik rock berjaya di tanah air. Misalnya pada tahun 90-an (masa saya masih SD dan mulai menginjak bangku SMP). Waktu itu, cukup banyak grup musik rock tanah air yang meramaikan kancah musik domestik. Sebut saja mulai dari Slank, Dewa 19, Whizzkid, Sket, Elpamas, Kaisar, Lochness, Sahara, Voodoo, Power Metal, Power Slaves, SAS, Ucamp, Edane, dan masih banyak lagi yang lainnya.
K-POP dan Pengaruhnya pada Tren Boyband-Girlband di Indonesia
Perkembangan musik Korea dewasa ini cukup pesat dan bahkan sudah merambah ke dunia internasional. Saya sendiri akhirnya ikut terbawa pengaruh tersebut. Saat ini, saya sedang menggandrungi musik K-POP dari Korea. Ya. Saya tidak malu mengakuinya. Sebagai seorang penikmat & pencinta musik, saya butuh sesuatu yang baru atau fresh. Dan kebetulan musik K-POP (Korean Pop) cukup bisa memenuhi kebutuhan saya tersebut.
Semua ini juga dampak dari tren boyband-girlband yang belakangan ini sedang mewabah di Indonesia. Tak bisa dipungkiri lagi kalau mayoritas boyband-girlband yang ada di Indonesia saat ini berkiblat ke musik Korea, terutama K-POP. Mulai dari gaya tarian (koreografi), gaya busana, hingga bahasa tubuh saat bernyanyi, walaupun tidak 100 % meniru.
Sebenarnya K-POP sudah mulai berkembang pesat sejak beberapa tahun sebelum tahun 2011 lalu. Saya sendiri tergolong agak telat mengikuti perkembangan musik pop Korea tersebut. Awalnya saya hanya penasaran dengan sebuah polling di salah satu situs entertainment ternama Indonesia.
Nah, dari situlah, pencarian atau rasa penasaran saya terhadap musik K-POP mulai berawal. Saya pun mulai melakukan searching lagu-lagu kedua boyband tersebut di 4shared, terutama dari grup SUJU (Super Junior). Dan ternyata, saya mulai menyukai lagu-lagu mereka ^_^ Asyik juga buat didengerin dan juga ditonton.
Dari situ, mulailah pengembaraan saya dalam memburu dan mengoleksi video-video klip lagu dari SuJu dan akhirnya ke sejumlah Boyband Korea lainnya.
Pengaruh Positif Tren Boyband-Girlband dan K-POP bagi Dunia Musik Indonesia
Segala sesuatu pasti ada sisi positif negatifnya. Begitu pula tren musik yang mulai mewabah sejak pertengahan tahun 2011 lalu di Indonesia. Dalam hal ini, saya sangat sependapat dengan opini dari Igor Saykoji, yang menilai bahwa musik K-Pop telah membawa perubahan kecenderungan musik di Indonesia, dari yang sebelumnya rada ‘mellow’ dan ‘mendayu-dayu’ (musik melayu ala Malaysia), menjadi lebih up-beat.
Ya. Musik K-POP sebagai kiblat tren boyband-girlband di Indonesia memang terkenal agak up-beat atau bertempo tinggi. Rata-rata berirama pop-dance. Kuping saya sendiri tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan musik-musik K-POP dari Korea. Sebab pada dasarnya, saya suka musik pop-dance. Musik K-POP juga punya rentang nada dan irama yang bagi kebanyakan telinga orang Indonesia mungkin kurang familiar. Tapi justru di situlah letak kelebihannya. Ia kaya akan part dan dinamika nada/irama, sehingga tidak cepat bosan pula untuk dinikmati (walaupun mungkin butuh waktu agak lama untuk bisa menangkap feel-nya).